
Nah…semangat ini yang saya fikir harus kita lestarikan, tapi sayangnya justru “ruh” itu udah hilang melayang terbang mengawang-awang (he..he.).Liat saja Rasa nasionalisme udah tergantikan dengan Chauvinisme. Konsep idealis pudar ditelah oleh pemikiran-pemikiran pragmatis dan semangat untuk berkontribusi sudah sangat mahal harganya, yang ada hanya skeptis dan apatis terhadap sesama. Nah..loh kemana dong nilai-nilai luhur kemaren?? Apa memang ini yang sebenarnya mereka harapkan dari gagasan 80 tahun yang lalu?. Pasti ngga la yah....
Seandainya para pelaku sejarah itu masih hidup, tentunya mereka kecewa berat ngeliat sepak terjang pemuda-pemuda sekarang. Wujud Ikrar pertama tentang “ Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.” dibuktikan dengan perkelahian antar remaja, tawuran antar mahasiswa, pembunuhan, pemerkosaan sampai2 kebut-kebutan dijalan yang akhirnya menelan korban.Tuh kan bener tumpah darahnya bukan satu, tapi banyak dimana-mana.ha.ha..
Selanjutnya, perwujudan dari ikrar kedua Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. adalah dengan berbondong-bondong sekolah ke luar negeri, berobat keluar negeri, bangga pake produk2 luar negeri mulai dari pakaian luar sampai pakaian dalem.(hihihi), lebih gaya makan di restoran2 western (eropah) daripada diwarteg, lebih sering dengerin musik-musik bryan adam, rihanna, elthon john ketimbang gubahannya cryse, titi puspa, atau bang roma. Terakhir sampai-sampai life style kita juga ikut carut marut mulai dari pake tindik di hidung dan lidah (kaya mboook), pake celana hot pan (yang mamerin tuh paha biar diliatin orang banyak) , rambut dicat ala bugil (bule gila) sampai free sex mungkin ya??(wah.serem baget nih).
Nah..terakhir..ikrar ketiga adalah Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia ditunjukkan dengan seringnya kita nih muda-mudi make bahasa-bahasa prokem(gaul)/slank yang ngga tau dari mana asal muasalnya. Lebih-lebih terjadinya dekadensi nilai-nilai luhur bahasa daerah, denger aja kalo sobat2 sobat maen ke bandung sering kali bahasa ibu sudah ditransformasi ke bahasa binatang. Contonhnya ; “Maneh erek kamana njieng?” (kamu mau kemana …..cencored?). “Anjriiit gw lupa euy”, atau Siah anjing naha melongkeun wae??(kamu….…..cencored kenapa ngeliatin ajah?” dan mngkin beberapa bahasa daerah lainnya yang punya kemiripan gaya bahasa. Na’uzubillah!!.
Kalo melihat realitas diatas. Mungkin dalam pikiran mereka (founding fathers), pemuda-pemuda saat ini ngga amanah dengan sumpah yang pernah dibacakan 80 tahun yang silam (red;ngga semua). Kita ingkar atas semua ikrar tersebut. Jadi wajar kalo pemuda sekarang kaya nya jadi sering kena sumpah serapah..(ha.ha.) cuman jadi bahan ejekan doing kali yee!! Padahal seandainya”mereka tahu gimana susahnya untuk bisa nenghasilkan sumpah pemuda saat itu, pastil ngga kan mugkin pemuda2 sekrang masih berdiam diri, berpangku tangan, bersantai-santai ria, dan berleha-lega saja”
Jadi gimana dong?? Nah..sobat, sekarang nih tugas kita cuman meneruskan tongkat estafet perjuangan mereka, dengan mempertahankan yang sudah ada, dan meggapai apa-apa yang masih menjadi cita. Gampangkan? He.he Yuk kita mulai rapatkan barisan…singsingkan lengan panjang dan kencangkan ikat pinggang (loh emang mau ngapain?). sama-sama kita wujudkan Indonesia baru dengan semangat pemuda yang terus mengharu biru…