Pages

Tuesday, April 10, 2007

Mandulnya Kekritisan Mahasiswa Pamong Praja

Liat saja mirisnya bukan kepalang, kecewanya bukan main dan kesalnya luar biasa ketika melihat tayangan aksi brutal senior IPDN terhadap juniornya beberapa waktu lalu. Tendangan, pukulan, hujatan dan segala bentuk penganiyaan mereka lakukan seolah-olah tak ada masalah. Perilaku bejad yang berkedok Pembinaan untuk kedisiplinan ini sudah berlangsung sejak lama. Tapi sayangnya tak ada satupun yang berani tegas untuk merubahnya. Statemen-statemen petingggi IPDN untuk mereformasi pola pembinaan hanya sebatas wacana. Berubahya nama STPD menjadi IPDN 2 tahun silam, sama sekali tidak memberi pengaruh besar. Buktinya Korban terakhir Clif Muntu Praja IPDN asal Sulawesi Utara ini harus menghela nafas terakhirnya di tangan-tanagn Senior IPDN yang sangat tak bertanggung jawab. Artinya hukum rimba masih terus meraja lela . Jadi ...????

Ada hal yang yang sebenarya sangat disayangkan dibalik semua kasus ini yaitu ketidakkritisan Mahasiswa IPDN lainnya dalam menghentikan aksi preman. Sejatinya eksistensi mahasiswa yang berfungsi sebagai controling kebijakan dan agen perubah sama sekali tidak tercermin dari pamong praja. Seolah-olah mereka bisu dan buta melihat semua fakta. Tak ada satu pun yang berani melakukan gerakan represif untuk menentang dan merubah semua kebiasaaan yang sudah kronis. Gerakan mahasiwa yang seharusnya penuh dengan idealisme dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilia moral serta sosial sama sekali mandul. Masyarakat tidak lagi melihat adanya ketegasan dari pihak internal IPDN termasuk dosen dan mahasiswa. Padahal menurut keterangan salah satu dosen IPDN, Pak Inu Kencana, kejadian seperti ini sudah banyak menelan korban yaitu 37 orang meninggal dan 3 diantaranya disebabkan oleh aksi kekerasan. Naas memang....

Kemudian pertanyaannya adalah apakah praja harus berdiam diri lagi melihat semua fenomena ini? Membiarkan kzholiman terus meraja lela. Akankah harus menunggu jatuhnya korban yang lebih banyak lagi ? Atau apakah harus dibubarkan dulu barulah praja bergerak beramai-ramai melakukan aksi boikot atau demo ke rektorat ? Atau boleh jadi nyali semua praja sudah mati sehinga tak berani untuk bergerak lagi ?

Seharusnya praja sadar bahwa mereka dicetak bukan untuk menjadi mesin pemusnah tapi dibentuk untuk menjadi abdi pemerintah. Abdi negara yang penuh dengan sikap jujur, bertanggung jawab, berani dan penuh dengan idealitas. Bukannya abdi negara yang arogan dan anarkis yang hanya menjadi birokrat dibalik kursi lipat dan sama sekali tak berpihak pada rakyat. Bukankah praja bisa menjadi pejabat karena dulunya mengunakan uang rakyat ? Maka dari itu jangan khianati kepercayaan ini. Sikap anti pati yang dintunjuki masyarakat saat ini harus dibayar mahal. Maka dari itu, sudah saatnya praja harus bergerak. Bangkit dari semua tidur panjang. Lawan semua ketidakadilan. Hadapi semua realita dengan besar Jiwa. Jangan sampai kekritisan hilang hanya karena menjadi orang gajian. Ingat Praja juga mahasiswa dan wajib untuk bersuara. Berteriak akan kebenaran, bergerak atas keberanian dan berjuang untuk perubahan. Hidup mahasiswa !! Hidup Rakyat Indonesia !!

3 comments:

Unknown said...

Aku setuju banget dengan mu...gimana mau jadi seorang aparatur negara kalo ga bisa bersikap kritis..or karena mereka sudah di tanamkan jiwa untuk menurut sebagai seorang aparatur..kalo aku ga mau di buat seperti itu

drg.Martariwansyah, Sp.KG said...

Mas kalo nonton berita Aksi mahasiswa hari ini (Rabu,11 April) tadi kita itu dari BEM Unpad dan saya termasuk orang yang vokal untuk menentang kekerasan yang ada di Sana. makasih Ya tanggapannya.

Yunita said...

Sekolah yang sudah tahunan telah memproduksi banyak birokrat yang menduduki banyak jabatan penting di negara kita ternyata mengajarkan bahwa kekerasan, kekuatan dan kesenioran adalah jalan untuk membuat bawahan menurut setiap perintah sungguh pelajaran yang bisa dibilang ajaran bodoh dan menyesatkan. Kekerasan hanya membuat orang lain takut, patuh karena takut beda dengan patuh karena wibawa. Siapa yang kuat dialah yang menang itu adalah hukum rimba, rimba yang berpenghuni para binatang, jadi apakah pantas hukum-hukum kekuatan diajarkan disebuah sekolah manusia. Kesenioran itu bukan ditinjau dari umur atau tingkatan tetapi dari kedewasaan , so plis dech kalo senior harus selalu dihormati kalo nyatanya tingkah lakunya bejat.