Pages

Monday, June 26, 2006

Sedihnya Lingkunganku Kini..

Sedihnya Lingkunganku Kini..
oleh: Martariwansyah

Keterpurukan kondisi bangsa saat ini tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan oleh banyak hal yang kesemuaanya akumulasi dari setiap aspek kehidupan, mulai dari terkecil hingga yang terbesar, mulai dari yang tersempit hingga ke yang terluas. Kesemerawutan dan kerumitan-kerumitan permasalahan yang kompleks belum juga menemukan titik terang yang mengarah pada solusi kongkrit dilapangan. Belum selesai masalah Tsunami di Aceh, kini bangsa Indonesia harus dihujam lagi dengan masalah banjir di NTB, gempa di Yogya dan sampah di Bandung. Kondisisi lingkungan semakin terpuruk pada posisi nadir. Efek domino akan menjadi ancaman yang siap menghadang. Contohnya saja kerusakan lahan hutan dan gunung yang terjadi setiap tahunnya menyebabkan bencana banjir dan longsor yang kronis, belum lagi ditambah dengan musim kemarau yang mengancam kekeringan lahan persawahan sehingga ketersediaan air menjadi berkurang dan inipun menjadi suatu hal yang menakutkan buat petani.
Penulis merasakan kinerja pemerintah saat ini masih belum optimal. Banyak janji dan ucapan yang dilontarkan ke publik tapi tanpa realisasi yang nyata. Pemerintah tampaknya hanya bermain dalam tataran pewacanaan dan pernyataan-pernyataan retoris. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Otto Soemarwoto yang mengkritisi bahwa upaya-upaya untuk mengakomodasi isu-isu lingkungan yang terjadi didunia oleh birokrat Indonesia hanya sebatas retorika. Menurut beliau tindakan dan upaya Indonesia melakukan perbaikan Lingkungan tidak pernah dilakukan dengan baik, hal ini bisa disebabkan karena tidak adanya program yang membumi. Misalnya saja dalam penerapan penggunaan bahan bakara gas (BBG) di Jakarta yang telah ditetapkan melalui Perda No 2 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara dimana aturan ini dijalankan untuk mendukung program Langit Biru guna mengurangi Polusi Udara di Jakarta. Tapi kenyataannya program ini hanya disambut dingin oleh masyarakat, khususnya pengusaha dan sopir angkutan umum. Mereka merasakan program ini tidak ada daya pikatnya karena kalau ditinjau dari sisi keamanan dan kenyamanannya hal ini masih mengkhawatirkan mengingat banyaknya sejumlah pristiwa ledakan tabung/tangki BBG yang menelan banyak korban. Fakta menunjukkan, sejak tahun 1994 saja telah terjadi 17 kali ledakan tabung BBG yang dipasang dimobil dan sangat beresiko pada kerugian materi dan kehilangan jiwa. Andaikan saja peristiwa ini terulang kembali maka pihak mana yang akan bertanggung jawab? Padahal program ini sudah dicanangkan oleh pemerintah sejak Juni 1986 tapi sayangnya tak pernah bergaung.(Media Indonesia, 17 Juni 2006) Yang ada hanyalah efek negatif dari sebuah pelaksanaan program yang partial. Artinya apa, bahwa program pemerintah selalu tidak berwawasan pada kontinuitas dan berkelanjutan. Semua program hanya di perlakukan semata-mata untuk proyek belaka. (Media Indonesia, 10 Juni 2006).
Berangkat dari hal itulah maka rasa prihatin penulis yang sangat besar terhadap kondisi dan keadaan lingkungan hidup yang semakin kacau saat ini, mendorong penulis untuk untuk terbiasa melakukan hal-hal yang lebih kongkrit. Mulai dari tidak merokok, membuang sampah pada tempatnya, menghemat penggunaan air, listrik dan BBM. Kurangi pemakaian AC dirumah dan dikantor..serta banyak lagi. Andaikan saja semua masyarakat dan pemerintah Indonesia sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup, maka pasti banyak perubahan positif yang akan dirasakan. Jadi hayu..kita bertindak mulai sekarang buktikan kalu kita tidak hanya menjual prakata dan wacana melainkan kerja pintar dan bersahaja..

0 comments: