Pages

Sunday, June 18, 2006

RTF (Road To Faculty)


” RTF ”
(Road To Faculty)
LANGKAH AWAL GALANG KEKUATAN DAN BANGUN GERAKAN

Oleh
Martariwansyah
Menteri Dalam Negeri BEM Kema Unpad
2006/2007


Dalam organisasi kemahasiswaaan seperti BEM, pergantian pengurus dari satu periode ke periode adalah hal yang biasa. Pemilihan ketua, pengangkatan staf dan penyusunan program kerja merupakan beberapa unsur yang lumrah dilakukan. Setiap orang akan berlomba membuat format dan formula yang ideal. Segala aspek akan menjadi pertimbangan dan semua pertimbangan akan menjadi acuan sehingga diharapkan nantinya organisasi tersebut bisa berjalan dengan arah dan pola gerak yang lebih jelas. Tidak sampai disitu...penetapan visi dan misi menjadi suatu unsur yang terpenting. Pencapaian target-targetan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar bahkan yang terdekat sampai yang terjauh..menjadi tolak ukur tersendiri bagi BEM untuk berjalan nantinya.
Populis, inklusif,membumi, berkontribusi, profesional dan apapun itu namanya adalah embel-embel yang dibuat sebagai output dari sebuah visi dan misi suatu organisasi. Publik ditawari, dicekoki dan diiming-imingi dengan janji-janji manis. Propaganda isu, melalui media publikasi dijadikan sebagai sarana penunjang untuk mem blow up keinginan dan maksud baik tersebut, terlepas dari apakah masyarakat kampus mengerti ataupun tidak. Hanya saja..yang sering dilupakan adalah sejauh mana tolak ukur keberhasilan visi misi tersebut dan hal konkrit apa yang langsung bisa dirasakan olah mahasiswa ketika itu dijalankan. Maka kiranya pertanyaan ini sebaiknya harus menjadi pikiran dan renungan semua pihak, terutama bagi mereka yang menamakan dirinya aktivis-aktivis kampus yang berlabel organisatoris. Jangan sampai pewacanaan ini hanya menjadi streotipe tertentu yang dibungkus rapih dalam suatu nuansa religi..
Tak salah memang ketika setiap lembaga mempunyai visi yang besar sebab hakekatnya visi itu hendaknya memang harus lebih besar dari orang atau institusinya. Mimpi untuk membuat BEM lebih membumi adalah hal yang sangat dimaklumi. Hanya saja unsur-unsur terpenting apa yang harus dicapai dan dijalankan untuk mewujudkan itu semua. Banyak langkah dan cara yang bisa diambil, contohnya silahturahmi rutin ke semua elemen kampus, libatkan semua unsur mahasiswa dalam setiap kegiatan dan tingkatkan propaganda isu secara kontinyu. Sebab hanya dengan inilah masyarakat kampus akan merasakan kehadiran BEM. Bukannya BEM ada karena mahasiswapun ada?? Satu hal yang mendasar adalah bahwa Institusi ini dibangun dan dibuat hanya untuk, oleh dan dari mahasiswa. Oleh karena itu keterlibatan dan partisipasi aktif semua elemen kampus akan menjadi ruh pergerakan BEM kedepan. Jangan sampai nantinya BEM hanya menjadi penguasa tanpa massa....
Sebagaimana diketahui posisi organisasi kemahasiswaan di Indonesia seperti BEM sangat efektif dalam menyokong SDM bangsa. Ia berdiri dan berkiprah menguatkan basis pendidikan dan segmen keilmuan. Pendidikan dan keilmuan itu akan menghadirkan karakter bangsa, semacam kemandirian, kesahajaan dan kesatuan persepsi. Sehingga menjadi arah yang paling ideal bagi mahasiswa ke depan untuk mengembangkan format gerakan yang intelektual. Salah satunya adalah RTF (road to faculty) yang merupakan wujud awal penggalangan kekuatan yang dibangun melalui gerakan kolektif kolegia dalam bentuk silahturahmi kelembagaan secara rutin. Karena nantinya akan banyak hal-hal yang menjadi irisan dalam gerakan mahasiswa kedepan baik di tingkat universitas maupun fakultas.
Dengan silahturahmi lewat RTF akan menjalin sebuah keterikatan emosional, sehingga keterbukaan informasi akan mudah diakses guna menyamakan wahana pengetahuan melalui konsolidasi dan diskusi sehari-hari. Kesepahaman maksud dan tujuan memberikan loyalitas tersendiri dalam bergerak. Karena itu, tidak mudah memperolehnya, sehingga harus senantiasa dipoles, dipupuk dan diperlihara agar menjadi akumulasi gerakan yang se-ia dan se-kata. Sebenarnya hanya cukup dengan sekelompok orang saja untuk menggerakkan sebuah organisasi atau institusi, hanya saja yang dibutuhkan adalah bagaimana membangun kerjasama untuk memadukan potensi-potensi kebaikan yang ada sehingga bisa berjalan seiring dan bersinergi.
Sebagai contoh di Amerika, negara ini hanya digerak dan dikendalikan oleh beberapa puluh orang-orang saja, diantaranya adalah para dosen, ilmuwan, para manajer, pengacara, birokrat, mahasiswa, dan ketua organisasi. Mereka intens dan peduli terhadap perkembangan negaranya. Hanya saja mereka mampu mengejawantahkan dari konsep menjadi tindakan. Dan itu merupakan suatu kelebihan. Tak sampai disitu belajar dari gerakan mahasiswa era ’98 maka jelas sekali bahwa eskalasi gerakan politik kampus dibagun dari sebah konsolidasi kecil yang akhirnya melibatkan gerakan massal ke setiap elemen mahasiswa dan masyarakt di seluruh Indonesia. Hal ini bisa massif karena adanya sebuah gerakan yang dibangun secara bersama dan berkesinambungan, yang diciptakan bukan hanya bersifat temporer melainkan visioner.
Kesimpulannya adalah format gerakan yang dibangun diatas pondasi-pondasi kebersamaan akan melahirkan suatu kekuatan yang maha dasyat yang bisa menerjang dan merobohkan tirani kefeodalan. Maka dari itu harus senantiasa berkonsolidaasi dan berkoordinasi. Dan hal ini hanya bisa dibangun melalui silahturahmi dalam bentuk RTF, baik secara formal maupun informal. Dan mulai dari sekarang saatnya mahasiswa menyingsingkan lengan baju, eratkan pergelangan tangan dan rapatkan barisan.So..bangkit, lawan, hancurkan tirani..Hidup Mahasiswa...!!

Sumber Bacaan :
Ar- Rasyid, Muhammad Ahmad. Life Making, 2005
Chamami,M Rikza. Suara Merdeka, 6 Maret 2006
La Vita Nouva. Pikiran Rakyat 20 Mei 2006
Mashad, Dhurorudin. Andai aku jadi Presiden, 2004
Maxwell, Jon C. Mengembangkan Kepribadian Dalam Diri Anda, 2004
Nuraini, Atikah. Manajemen Pengetahuan Untuk Kerja-kerja Gerakan, 2006

0 comments: