Pages

Tuesday, July 24, 2007

Dunia Ko-Ass, Dunia Realitas

Adalah suatu hal yang tak terbantahkan ketika orang bilang masuk kedokteran itu butuh biaya mahal dan kuliahnya lama. Bayangin aja buat dapet gelar DRG kita harus tertatih-tatih selama kurang lebih 6-7 tahun. 4 tahun di Preklinik dan 2,5 di klinik (RSGM),Belum lagi ditambah biaya-biaya text book, alat-alat dan tetek bengek lainnya. Puachh..begitu banyak..yang harus dikorbankan. Wajar kalo motor, mobil, rumah, tanah sampai sawah bisa terjual untuk biaya semuanya. Ngga sedikit temen-temen kita yang ternyata harus putus ditengah jalan, entahkan karena faktor kejenuhan, pekerjaan sampingan, nikah lalu ngurus anak dan keluarga atau boleh jadi karena faktor biaya. Naif bukan..Namun apapun alasannya,sebenarnya hal ini tidak mesti terjadi. Masih banyak usaha dan cara lain untuk bisa keluar dari semua ini. Salah satunya mencari beasiswa dll.
Sudah menjadi rahasisa umum ketika masuk dunia KoAss biaya kuliah akan semakin meningkat. Mulai dari beli text book2 pegangan, Alat-alat yang lebih dari 500 jenis macamnya, bahan-bahan praktikum yang luar biasa banyaknya sampai biaya bayarin pasien anak-anak maupun dewasa..Hmmmm melelahkan. Namun itulah kenyataan. Suatu fakta yang tidak bisa kita pungkiri nantinya. Dulu kalau di Preklinik keseharian kita hanya dihadapkan oleh dua Faktor utama yaitu Dosen dan kita sendiri selaku Mahasiswa, Namun di klinik ini saat ini faktor tersebut bertambah satu selain faktor dosen dan mahasiswa kini ditambah lagi dengan faktor pasien, meskipun masih banyak terdapat faktor-faktor X lainya. Kesimpulannya ada tiga variable utama yang saling berkaitan satu dan lainnya. Ketika ketiga faktor ini berjalan kongruen atau sinergis satu dan lainnya maka dunia KoAss akan kita jajaki dengan selamat wal afiat. Tetapi akan menjadi masalah ketika tiga faktor ini berjalan tidak sesuai yang ada hanya musibah demi musibah.Capeee..de….
Dunia KoAss Adalah Dunia Realitas. Banyak Faktor yang akan kita temui disni. Dunia Koass tidak sekedar menuntut kita untuk Cerdas tapi juga harus Tangkas dalam bekerja, artinya disini bukar sekedar otak kepala yang menjadi modal utama, tapi melainkan keterampilan lainnya seperti Hard skill maupun Soft skill yang mumpuni agar bisa tetap bertahan dan berjibaku dengan pekerjaan2 klinik nantinya. Kenapa bisa demikian?Ada beberapa alasan. Pertama, kita akan dihadapi dengan permasalahan bagaimana melakukan pendekatan dengan pasien. Kalau selama di preklinik kita bekerja hanya di Phantom (sebuah model mati untuk praktikum), kini di klinik kita akan dihadapai dengan model sesungguhnya dalam arti kata makhluk hidup yang punya rasa senang ketika dia puas dan punya rasa marah ketika dia kecewa. Unik bukan? Nah inilah sebuah tantangan buat kita..Kemampuan untuk berkomunikasi efektif dan efisien akan menjadi modal utama bagi kita untuk bisa suskes menapaki dunia klinik. Mulai dari teknik mengajak untuk melakukan perawatan sampai mem follow up-i kembali untuk kontrol perawatan. Kuncinya adalah Ikhlas, disini kita harus bisa memposisikan bahwa pasien kita adalah Raja dalam sehari, berikan mereka pelayanan sebaik-baiknya, bukankah mereka juga manusia yang pantas untuk untuk dimanusiawikan. Anggaplah mereka seperti keluarga kita sendiri, bagaimana rasanya jika ketika bapak, ibu dan sodara-sodara kita diperlakukan tidak baik selama perawatan, pastilah kita akan marah dan geram, begitu juga mereka akan berperasaan yang sama. Maka dari itu standart prosedur kerja harus benar-benar kita jalankan dengan baik. Jangan sampai kita melakukan kesalahan-kesalahan yang di luar prosedur pengerjaan. Awas loh..Undang-undang Praktek Kedokteran (UU PK) sudah sangat ketat saat ini dan pasien kita pun semakin hari semakin pintar dan kritis, Jadi…??? Semuanya terserah Anda…Naonn deui..? :-p
Kedua, bagaimana menjaga hubungan antar teman sejawat. Sudah menjadi doktrin tersendiri ketika masuk dunia Ko Ass, Bagiamana caranya bisa Kerja Lancar dan Lulus Cepat. Tidak salah memang, tapi akan menjadi masalah ketika cara pencapaiannya dengan sikut kiri dan sikut kanan, senggol depan dan senggol belakang teman satu angkatan. Males banget kan? Janganlah-jangan seperti itu agama kita tidak mengajarkan hal-hal cule kaya gitu, meskipun kenyataannya akan banyak sekali kita temukan di klinik nanti. Ya minimal kita tidak menzholimi hak-hak orang lainlah. Sekedar bahan perenungan, Hidup bukan semata-mata untuk bisa sukses secara pribadi, tapi bagaimana bisa berhasil secara bersama-sama. Dan kesuksesan juga tidak hanya di ukur dari besar kecilnya IPK, lulus cepat atau tidaknya, tapi melainkan bagaimana ilmu yang didapati bisa bermanfaat sebesar-besarnya buat banyak orang. Raihlah setiap peluang-peluang kebaikan. Jadikan semua masalah sebagai bahan pelajaran dan peningkatan kemampuan pribadi kita. Punten ya..tidak bermaksud untuk menggurui...
Ketiga, sebenarnya masih ada kaitannya dengan point kedua diatas, cuman ini lebih kepada kasus yaitu Bagaimana kemampuan kita untuk bisa menahan diri dari perbuatan-perbuatan curang yang benar-benar sangat tidak terpuji. Bayangkan Peluang-peluang seperti itu akan banyak ditemui disekitar kita nantinya mulai dari kasus penjokian pasien, dimana ketika ingin dilakukan kontrol perawatan, pasien yang berkaitan tidak bisa hadir karena merasa ingin cepat selesai maka meminjam pasien orang lain untuk di Acc kan ke dokter pengawas(supervisor), kemudian kasus penipuan pembayaran loket dan sampai dengan pemalsuan tanda tangan supervisor. Itu belum lagi ditambah kasus-kasus kecil lainnya. Na’uzubillah..smoga kita dijauhkan dari dari peluang-peluang untuk berbuat curang seperti itu. Solusinya hanya satu..Pahamkan bahwa Allah selalu melihat semua tindakan kita, dan setiap perbuatan akan diminta pertanggung jawaban.
Keempat, Keterbatasan fasilitas. Nah yang satu ini menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana caranya kita bisa kerja tepat waktu dengan fasilitas yang pas-pasan. Sebenarnya hal ini bisa disiasati, asalkan kita rajin masuk klinik dan jarang mabal (bolos), dan satu lagi lakukan perencanaan dan penjadwalan kerja yang matang. Nah..kebanyakan dari yang sebelum2nya kesempatan-kesempatan kerja putaran tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, entahkan karena keburu nikah lalu cuti ngurus anak, jadi artis ibu kota, pundung dicarekan sama supervisor atau BeTe diputusi pacar. Kesemua faktor ini akan sangat mempengaruhi kerja-kerja kita kedepan. Maka dari itu satu soluisinya lagi adalah kita harus benar-benar FOKUS. Tanamkan di diri kita bahwa 2-3 tahun lagi saya akan menjadi Dokter Gigi yang Beda dan Luar biasa. Bukan Dokter Gigi yang biasa-biasa saja. Caranya ?? Ya fokus, kalaupun harus terlibat di bidang-bidang lain maka cari bidang yang menunjang profesi kita, misalnya yang mau terlibat di organisai, cari organisasi2 keprofesian, PDGI, LSM kesehatan dll. Yang mau terjun ke Dunia Bisnis ya cari bisnis yang berlatar belakang profesi kita, contoh Bisnis Dental Clinik, Bisnis Pelatihan-pelatihan Kedokteran gigi dll. Meskipun semuanya ga wajib dan mesti..Itu hanya beberapa alternative ketika kita mengambil jalur-jalur lain..OK Boss?
Sekedar menyimpulkan dari apa yang sudah dijabarkan diatas maka..adalah sebuah keniscayaan ketika nantinya kita akan berhadapan dengan banyak masalah, hambatan dan tantangan. Sekarang hanya saja bagaimana kita bisa bersabar dan berjiwa besar untuk bisa meghadapi semuanya. Kuncinya tadi hanya satu yaitu Kerja Ikhlas dan Jelas, artinya sesuai dengan Prosedur Pelaksanaan. Semoga artikel ini bisa sedikit memberikan gambaran dan pencerahan buat kita semua bahwasanya Gelar Dokter Gigi sudah di depan mata, hanya saja Pilihannya satu, bagaimana nantinya bisa menjadi Dkkter Gigi yang Beda dan Luar Biasa..
Viva Dentica !!!

4 comments:

anita said...

bagus ko. makin rajin nulis ya. anita,drg.

Anonymous said...

halo mas. skolah drg itu udahlah lama,mahal,cape,dll eh stlh lulusna mah susah kerja tea. ya kalu punya modal bisa buka klinik sendiri. ataw bisa ptt. atau kerja di persh yg mana kapasitasnya bkn sebage klinisi. ataw banting setir ke dunia lain. kalu ngak, dipastikan bakal nganggur bertahun2. abdi banyak lihat drg di kota besar yg stress pisan ngak bisa kerja (ngak punya modal buka klinik) atawpun bisa buka tapi sepiiii.

dan seperti diketahui, kalao punya modal gede buka kliniknya gede pisan tapiiii ke pasien amit2 kadang maen babat aja biar cepet balik modal. jadi kesimpulannya??? skolah drg itu capeeee deeee

Unknown said...

@atas gw

Salah besar bro, kasus yg kamu temui tuh jarang sekali terjadi. Justru menurut saya, profesi dokter gigi mrpk satu dari 2 profesi yg paling mudah untuk mencapai kebebasan finansial (di samping KU). Kalo nda gitu, ngapain kok banyak orang rela merogoh kocek 500 jeti (bervariasi) cuma untuk diterima di KU dan KG? Itu belum biaya hidup, SPP, BOP, biaya pembelian modul, biaya praktikum, biaya tak terduga, uang saku. Maka dari itu, banyak sekali mahasiswa jurusan medis yg pada saat masih mahasiswa punya filosofi untuk pengabdian masyarakat, eh begitu masuk ke dunia nyata ya akhirnya jadi dokter/dokter gigi yang money-oriented. Hal spt itu sah2 saja sih, memangnya mau ngasih makan anak istri pake angin? He3x, salam kenal ya buat mas Riwan.

Anonymous said...

Pantes aja klo ke dokter gigi biayanya mahal benge..gitu toch..