Pages

Wednesday, February 26, 2014

Efek anestesi lokal



Efek anestesi lokal yang berdurasi panjang terhadap nyeri setelah dilakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan pulpitis irreversible: Uji klinis secara acak
 

Ahmed Al-Kahtani *
Department of Restorative Dental Sciences, College of Dentistry, King Saud University, P.O. Box 60169, Riyadh 11545, Saudi Arabia

Received 1 December 2012; accepted 10 January 2013, Available online 26 January 2013

Kata Kunci
Anestesi lokal , Pulpitis Irreversible , Nyeri setelah tindakan , Lidokain, Bupivakain

Abstrak
Tujuan: dari penelitian ini adalah untuk membandingkan Efek obat anestesi lokal yang berdurasi panjang terhadap rasa sakit setelah dilakukan tindakan perawatan saluran akar pada gigi dengan pulpitis irreversible
Metodologi: Empat puluh pasien diambil secara acak kemudian dibagi menjadi dua kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 20 orang . Setiap pasien yang sudah memenuhi kriteria dilakukan anestesi lokal sebelum dilakukan perawatan saluran akar. Bahan anaestesi yang digunakan adalah Lidokain 2 % dengan 1: 80.000 epineprin dan bupivakain 0.5 % dengan 1:200.000 epineprin. Pasien diinstruksikan untuk melengkapi Score skala pengukuran nyeri VAS pada  periode 6, 12 dan 24 jam setelah perawatan saluran akar satu kunjungan. Data dianalisis dengan uji Mann Whithney, Cochrane Q dan t test untuk membandingkan data qualitatif dan quantitatif diantara kelompok tersebut.
Hasil: Hasilnya memperlihatkan skala rasa nyeri pasien yang menerima anestetikum lidokain berbeda secara signifikan  (P < 0.05) setelah dilakukan perawatan saluran akar , meskipun demikian secara signifikan mampu mengurangi nyeri selama 24 jam dibandingkan dengan kelompok pasien  yang diberikan anestestikum bupivakain yang secara signifikan menurunkan skala nyeri pada periode 6 dan 12 jam
Kesimpulan: Penggunaan anestesi lokal yang berdurasi panjang mampu mengurangi nyeri secara signifikan setelah tindakan perawatan saluran akar pada gigi akibat pupitis irreversible


1.      Pendahuluan
Mengurangi nyeri setelah perawatan saluran akar merupakan hal penting bagi pasien dan operator (Rosenberg, 2002). Beberapa artikel telah di terbitkan berkaitan dengan prevalensi nyeri yang timbul setelah perawatan endodontic begitu juga halnya pengaruh dari berbagai macam bahan irigasi , medikasi , teknik preparasi saluran akar dan jumlah kunjungan perawatan (Dunsky and Moore, 1984; Rosenberg et al., 1998; Attar et al., 2008; Ince et al., 2009; Jalalzadeh et al., 2010; Pak and White, 2011; Su et al., 2011).
Banyak sekali cara telah diungkapkan dalam mengontrol nyeri setelah perawataan saluran akar (Rosenberg, 2002). Peresepan analgesik pada tahap awal  dan penggunaan anestesi yang berdurasi panjang , peresepan analgesik sebelum memulai perawatan saluran akar dan occlusal reduction  (Rosenberg, 2002; Rosenberg et al., 1998) adalah hal-hal yang semuanya sudah dianjurkan. Kebanyakan dari penelitian ini dilakukan pada kasus-kasus pencabutan gigi yang secara total berbeda dengan kasus perawatan saluran akar yang sebenarnya. (Bouloux and Punnia-Moorthy, 1999; Volpato et al., 2005; Gregorio et al., 2008; Trullenque-Eriksson and Guisado-Moya, 2011).
Hanya beberapa artikel saja yang menginvestigasi efek anestesi lokal yang berdurasi panjang dalam hal perawatan saluran akar. Artikel ini mempunyai beberapa kelemahan seperti sedikitnya jumlah sampel yang digunakan, dan termasuk gigi rahang atas dan bawah sebagai variable yang didiagnosis (Dunsky and Moore, 1984). Meskipun demikian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek obat anestesi yang berdurasi panjang terhadap nyeri setelah dilakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan pulpitis irversibel .

1.      Metodologi

Penelitian ini dilakukan oleh Ethics Committee of College of Dentistry Research Center, Deanship of Research, King Saudi University.
Kriteria yang digunakan meliputi kondisi kesehatan pasien pada gigi molar kesatu atau kedua rahang bawah dengan gambaran radiografi normal didaerah periapikal  dan perkusi negative. Diagnosis klinis pulpitis irreversible pada tes dingin adanya respon berkepanjangan lebih dari (> 5 detik) dari rasa sakit sedang sampe  berat (Roeko Endo- Frost; Roeko, Langenau, Germany) setelah stimulus di hilangkan.
Kriteria yang dihilangkan adalah adanya gambaran radiolusen di daerah periapikal, gigi yang tidak ditambal, hamil, mengkonsumsi berbagai macam obat analgesik kurang dai 12 jam sebelum perawatan, gigi nekrotik, pulpa yag terinfeksi atau adanya pembengkakan ,adanya kelainan sitemik lainnya yang mempengaruhi kerja lidokain dan bupivakain sebagai obat anestesi serta sensitiv terhadap lidokaian 1.80.000 epineprin dan buvikain 1:200.0000 epineprin.
Pasien diambil secara acak dari ruang  emergensi College of Dentistry at King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia . Semua pasien yang terlibat dalam penelitian ini diminta untuk melakukan surat persetujuan tindakan sebelum dilakukan perawatan dan dijelaskan secara lengkap tentang prosedur  dan kemungkinan resiko yang akan timbul .
Semua pasien secara acak dibagi kedalam dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 20 orang dan setiap orang diberikan nomor secara acak begitu juga pada grup lainnya. Semua dilakukan injeksi blok pada nerves alveolaris inferior (IANB) secara acak . Visual Analog Pain  (VAS) di berikan ke setiap pasien untuk mengetahui tingkat nyerinya sebelum dilakukan anestesi. Hanya pasien yang mengalami bibir baal yang diikut sertakan dalam penelitian ini. Cairan anestesi yang digunakan 2% lidocaine with 1:80,000 epinephrine (Xylocaine; Dentsply, Oklahoma, USA) or 0.5% bupivacaine with 1:200,000 epinephrine (Vivacaine; Septodent, Louisville, Colorado, USA).
Setelah dilakukan anestesi lokal gigi diisolasi dengan rubber dam dan perawatan endodontic dimulai dengan melakukan akses kavitas. Preparasi saluran saluran akar dilakukan setelah dilakuakan pegukura panjang kerja dengan Root ZX (morita) dan dikonfirmasi lagi  dengan pemeriksaan rontgen dental periapikal. NaoCL 2,5 % digunakan sebagai larutan irigasi dalam preparasi saluran akar. Kemudian saluran akar dimasukan inisial file 15 dan kemudian dipreparasi menggunakan protaper rotary sistem (Maillefer, Switzerland) dan di instrumentasi sampe file F3. Kemudian saluran akar dikeringkan dan diisi gutapercha menggunakan sealer AH26 (Dentsply De Tery, Konstanz, Germany) sebagai semen.  
Pasien di instruksikan untuk menyelesaikan score ambang nyeri VAS pada 6, 12 dan 24 jam setelah dilakukan perawatan saluran akar. Kriteria yang dicatat untuk mengindentifikasi ambang sakitnya : 0 tidak ada sakit, 1-3 sakit ringan, 4-6 sakit sedang dan 7-9  sakit  berat (Jalalzadeh et al., 2010; Asgary and Eghbal, 2010). Data dianalisis oleh uji Mann-Whitney, analisis Cocharane dan T tes untk membandingkan data kualitatif dan kuantitatif pada kelompok-kelompok tersebut.

3. Hasil
Terdapat 40 pasien yang berpartisipasi pada penelitian ini setelah memenuhi kriteria eklusi dan inklusi. Rata-rata umur pasien dalam kelompok lidokain adalah 41.5 th sedangkan pada kelompok bupivakain 39.5 th. Pada kelompok lidokain terdiri dari 19 orang laki-laki dan 21 orang  perempuan sedangkan dikelompok bupivakain terdiri 16 pasien laki-laki dan 24 perempuan . Tidak ada perbedaan yang signifikan antara umur dan jenis kelamin (P>0.05) yang ditemukan pada kedua grup. Kesimpulan secara data demograpik pada semua pasien dapat dilihat dari table 1. 

Hampir setengah pasien dari kelompok lidokain tidak menimbulkan rasa sakit pada seluruh interval waktu tersebut dibandingkan dengan kelompok bupivakain yang lebih dari dua per tiga pasiennya tidak merasakan sakit pada seluruh interval waktu tersebut.Pada kelompok lidokain 12,5 % pasien tidak merasakan sakit, 50 % merasakan sakit ringan, 12,5 % merasakan sakit sedang dan 25 % merasakan sakit berat pada 6 jam pertama, Sedangkan pada 12 jam, 25 % tidak merasakan sakit, 40% merasakan sakit ringan, 20 % merasakan sakit sedang , 15 % merasakan sakit berat. Pada  24 jam 50% tidak merasakan sakit, 25% merasakan sakit ringan, dan 10 % merasakan sakit sedang, 10 % merasakan sakit berat (table 2 dan gambar 1).


Pada kelompok bupivacaine, 75% pasien tidak merasakan sakit, 20 % merasakan sakit ringan, 5% merasakan sakit sedang pada 6 jam pertama, Sedangkan pada 12 jam berikutnya , 50 % tidak merasakan sakit, 42,5 % mersakan sakit ringan, 6,5 % merasakan sakit sedang. Pada 24 jam berikutnya 87, 5 % tidak merasakan sakit, 7,5% merasakan sakit ringan, 5 % merasakan sakit ringan (Tabel 3  dan gambar 2).



Tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara umur, gender dan tingkat nyeri setelah tindakan pada kedua bahan anestetikum baik lidokain maupun kelompok bupivacaine    (P > 0.05) .Pada test Cochrane Q  level nyeri pasien memperlihatkan skala rasa nyeri pasien yang menerima anestetikum lidokain berbeda secara signifikan  (P < 0.05) setelah dilakukan perawatan saluran akar , meskipun demikian secara signifikan mampu mengurangi nyeri selama 24 jam dibandingkan dengan kelompok pasien  yang diberikan anestestikum bupivakain yang secara signifikan menurunkan skala nyeri pada periode 6 dan 12 jam dibandingkan dengan pasien yan menerima lidokain (P < 0.05).


4. Diskusi
Penelitian ini didisain untuk menguji efek penggunaan anestetikum yang berdurasi panjang dibandingkan dengan anestetikum yang berdurasi pendek pada pasien dalam mengontrol rasa sakit setelah dilakukan tindakan perawatan saluran akar. Berdasarkan kebanyakan pengalaman dari penelitian Pubmed bahwa penggunaan anestetikum yang berdurasi panjang berpengaruh dalam mengontrol nyeri pada kasus-kasus setelah pencabutan gigi dan kenapa dalam penelitian ini menjadi penting karena mengontrol nyeri pada kasus setelah dilakukan tindakan perawatan saluran akar. (Bouloux and Punnia-Moorthy, 1999; Volpato et al., 2005).
 

Dalam penelitian ini telah memperlihatkan bahwa kelompok pasien bupivakain secara signifikan mampu mengurangi nyeri selama periode (6-12 jam) setelah dilakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan pulpitis irreversible dibandingkan dengan kelompok pasien lidokain (P<0 .05="" 24="" jam="" meskipun="" nbsp="" pada="" perbedaan="" periode="" secara="" signifikan="" span="" terdapat="" tidak="" waktu="">

Pengalaman nyeri pada beberapa pasien di catat menggunakan VAS. Beberapa pemeriksaan telah menggunakannya dalam mengetahui tingkat nyeri setelah perawatan saluran akar. Sebuah Analisis meta dan tinjauan sistematik terhadap nyeri setelah perawatan saluran akar dilaporkan selama 24 jam pertama setelah perawatan dimana nyeri yang ditimbul kan sedikit (Pak and White, 2011). Tinjauan sistematik lainnya dan analisis meta melaporkan bahwa insidensi nyeri yang timbul setelah perawatan satu kali kunjungan secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima perawatan endodontik berulang kali (Su et al., 2011). Alasan inilah yang menjadi kenapa semua gigi pada penelitian ini di terapi dalam satu kunjungan.

Pada penelitian ini, analgetik tidak boleh digunakan untuk mencegah hasil yang bias, meskipun ada pendapat yang menyatakan bahwa analgetik harus diberikan pada pasien yang mengalami nyeri setelah perawatan saluran akar. Aspek ini dibuat untuk memperjelas kepada seluruh pasien sebelum memulai penelitian dan mereka diberi hak untuk meninggal kan penelitian ini kapan saja.  Aspek anagesik ini memang bertentangan dengan banyak penelitian-penelitian sebelumnya dimana mereka menjabarkan atao membolehkan pasien menggunakan obat jika mereka merasa nyeri.
 
Berbagai pendekatan digunakan untuk mengontrol nyeri setelah perawatan saluran akar dan salah satunya digunakan obat anastesi yang berdurasi panjang. Prinsip yang harus digarisbawahi adalah untuk menghambat hantaran impuls nosiseptor dalam jangka waktu panjang untuk mencegah central hyperalgesia pada tahap awal inflamasi setelah perawatan saluran akar. (Keiser and Hargreaves, 2002). Pengalaman menggunakan obat anestesi yang berdurasi panjang dalam endodontic merupakan hal yang jarang dan memiliki banyak kelemahan. Kebanyakan penelitian dalam mengontrol nyeri dilakukan pada kasus-kasus pencabutan gigi (Gregorio et al., 2008; Trullenque-Eriksson and Guisado-Moya, 2011)  sementara penelitian ini  digunakan pada kasus perawatan saluran akar. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan menggunakan bupivacaine sebagai anestesi local untuk mengontrol nyeri setelah perawatan endodontic dan penelitian-penelitian ini memiliki banyak kelemahan seperti gigi yang digunakan pada kedua rahang maksila dan madibula, gigi dengan berbagai macam kondisi ( salauran kar ang terinfeksi dan pulpitis), beberapa prosedur endodntik (bedah periapikal, preparasi saluran akar), penelitian tersebut memiliki sampel ukuran yang kecil dalam setiap kelompoknya, pasien kebanyakan perempuan dan pernah menggunkan obat analgesic. Semua faktor-faktor ini bisa mempengaruhi hasil dari penelitian ini (Ng et al., 2004; Alacam and Tinaz, 2002). Oleh karena itu pada penelitian ini, hanya gigi molar rahang bawah saja yang digunakan dengan diagnosis pulpitis irreversible dan tidak ada riwayat mengkonsumsi analgesik dalam 24 jam.
Pada penelitian ini kebanyakan pasien yang merasakan nyeri moderate sampe berat adalah pasien yang menerima lidokain dibandingkan pasien yang menerima bupivakain. Penelitian ini dikonfirmasi oleh Parirokh et al., 2012   yang kebanyakan pasiennya dilaporkan memiliki ambang nyeri yang paling tinggi pada tahap awal setelah perawatan saluran akar. Selama prosesnya, sejumlah pasien dengan nyeri ringan sampai menjadi tidak ada nyeri sedikitpun  dan sejumlah pasien dengan nyeri sedang sampai ke berat Parirokh et al., 2012   . Begitu juga , pada penelitian ini diobservasi dengan pola nyeri yang sama. Hanya perbedaannya pada penelitian ini obat analgesik tidak digunakan untuk mencegah efek lain pada pasien .


Pada penelitian ini, beberapa pasien yang menerima bupivakain merasakan tidak ada nyeri dalam 6 jam setelah perawatan saluran akar  dibandingkan pasien yang menerima lidokain (P<0 .05="" akan="" alternative="" anestetikum="" berdurasi="" dalam="" dan="" dokter="" gigi="" hal="" ini.="" ini="" kentungan="" kepada="" kepentingan="" kerugiannya="" memberikan="" memilih="" menimbulkan="" menjelaskan="" nyeri="" obat="" panjang="" pasien="" perawatan="" selama="" span="" tidak="" untuk="" yang="">


Hasil dari penelitian ini telah menunjukan  bahwa pasien yang dianestesi dengan bupivakain dilaporkan secara signifikan mampu menurunkan nyeri setelah dilakukan perawatan saluran akar (P<0 .05="" ada="" akan="" akar="" anestesi="" atao="" atau="" bahkan="" baik="" berdurasi="" bupivakain="" cara="" dalam="" dengan="" di="" dibandingkan="" digunakan="" gigi="" irreversible.="" itu="" jangka="" jika="" karena="" kesimpulannya="" ketika="" lidokain="" local="" memiliki="" memulai="" mengontrol="" mengurangi="" merasakan="" mereka="" nyeri="" obat="" oleh="" pada="" panjang="" pasien="" penggunaan="" perawatan="" periode="" perkusi="" pulpitis="" rekomendasikan="" riwayat="" saat="" sakit="" salah="" saluran="" satu="" sebagai="" sebelum="" secara="" sensitive="" setelah="" signifikan="" span="" spontan.="" style="mso-spacerun: yes;" tidak="" tindakan.="" tindakan="" untuk="" utama="" yang=""> awal setelah dilakukan perawatan saluran akar.


Conflict of Interest
Penulis tidak mengetahui adanya konflik kepentingan yang  berhubungan dengan penelitian ini dan tidak adanya support finansial yang signifikan untuk penelitian ini sehingga bisa mempengaruhi hasinya.
  References
 
Alac¸am, T., Tinaz, A.C., 2002. Interappointment emergencies in teeth with necrotic pulps. J. Endod.  28, pp. 375-357.
Asgary, S., Eghbal, M.J., 2010. The effect of pulpotomy using acalcium-enriched mixture cement versus one-visit root canaltherapy on postoperative pain relief in irreversible pulpitis: a randomized clinical trial. Odontology 98, 126–133.
Attar, S., Bowles, W.R., Baisden, M.K., Hodges, J.S., McClanahan, S.B., 2008. Evaluation of pretreatment analgesia and endodontic treatment for postoperative endodontic pain. J. Endod. 34, 652–655.
Bouloux, G.F., Punnia-Moorthy, A., 1999. Bupivacaine versus lidocaine for third molar surgery: a double-blind, randomized, crossover study. J. Oral Maxillofac. Surg. 57, 510–515.
Dunsky, J.L., Moore, P.A., 1984. Long-acting local anesthetics: a comparison of bupivacaine and etidocaine in endodontics. J. Endod. 10, 457–460.
Gregorio, L.V., Giglio, F.P., Sakai, V.T., Modena, K.C., Colombini, B.L., Calvo, A.M., Sipert, C.R., Dionı´sio, T.J., Lauris, J.R., Faria, F.A., Trindade Junior, A.S., Santos, C.F., 2008. A comparison o the clinical anesthetic efficacy of 4% articaine and 0.5% bupivacaine (both with 1:200,000 epinephrine) for lower third molar removal. Oral Surg. Oral Med. Oral Pathol. Oral Radiol. Endod.
106, 19–28.
Ince, B., Ercan, E., Dalli, M., Dulgergil, C.T., Zorba, Y.O., Colak, H.,2009. Incidence of postoperative pain after single- and multi-visit endodontic treatment in teeth with vital and non-vital pulp. Eur. J Dent. 3, 273–279.
Jalalzadeh, S.M., Mamavi, A., Shahriari, S., Santos, F.A., Pochapski, M.T., 2010. Effect of pretreatment prednisolone on postendodontic pain: a double-blind parallel-randomized clinical trial. J. Endod. 36, 978–981.
Keiser, K., Hargreaves, K.M., 2002. Building effective strategies for the management of endodontic pain. Endod. Topics 3, 93–105.
Ng, Y.L., Glennon, J.P., Setchell, D.J., Gulabivala, K., 200 Prevalence of and factors affecting post-obturation pain in patients undergoing root canal treatment. Int. Endod. J. 37, 381–391.
Pak, J.G., White, S.N., 2011. Pain prevalence and severity before, during, and after root canal treatment: a systematic review. J. Endod. 37, 429–438.
 



 

0 comments: