Pages

Tuesday, July 24, 2007

Sebuah Harapan....

Sebuah Tulisan Yang Menghebohkan..Bukti dari Kekritisan Mahasiswa yang masih Peduli terhadap Perbaikan Almamater Tercinta..Sempat diterbitkan di Koran Pikiran Rakyat (PR) pada Edisi Rabu, 12 Mei 2007. Simaklah .......

Ketidakjelasan Aturan SPP di FKG Unpad
Berawal dari audiensi pertama dengan pak Asep sebagai kepala SBA, saya selaku perwakilan mahasiswa bersama salah satu anggota BPM FKG Unpad bermaksud mengajukan pembebasan SPP/DPP bagi mahasiswa tingkat Akhir yang sekarang hanya tinggal mengikuti sidang dan menunggu wisuda. Adapun dari hasil pembicaraan tersebut Rabu, 21 February 2007, disepakati bahwaPak Asep bersedia untuk membantu mahasiswa dan akan segera melayangkan surat resmi ke PD III Bag. Kemahasiswaan. Akan tetapi, setelah menunggu beberapa minggu kemudian maka informasi yang didapati bahwasanya PD III tidak bersedia membantu dengan berbagai macam alasan dan pertimbangan. Kemudian melihat tidak ada peluang dari PD III maka kami melalui ketua BEM langsung mengajukan audiensi ke dekan untuk bisa membahas masalah ini. Pertemuan pertama secara informal tanggal 5 Maret 2007 antara ketua BEM dan Dekan menghasilkan beberapa pointer diantaranya dekan keberatan akan pembebasan tersebut dengan alasan, saat ini FKG sedang mengalami kekurangan uang sehingga butuh dana operasional yang banyak untuk pembiayaan praktikum dll. Mengingat subsisdi dana pendidikan dari pemerintah masih sangat kecil. Maka dari itu diperlukan dana-dana tambahan termasuk dari jalur SMUP.
Akan tetapi, Tidak menyerah sampai disitu maka kami pun mengajukan audiensi kembali, tepatnya Senin, 12 Maret 2007. Yang hadir saat itu saya, satu orang anggota BPM dan Dekan. Dari hasil pembicaraan tersebut meskipun dekan masih keberatan akan tetapi akhirnya beliau siap untuk membantu dan meminta mahasiswa untuk segera menginventarisir data-data mahasiswa yang bermasalah sehingga secepatnya nanti dimasukan ke Pembantu Rektor II Bag. Administrasi.
Kemudian 3 hari pasca pertemuan tersebut tepatnya tanggal 15 maret surat permohonan beserta 30 orang nama mahasiswa tersebut kami serahkan kedekan. Lalu setelah seminggu dekan memberi tangapan bahwasanya setelah didata ternyata terdapat berapa mahasiswa yang masih kuliah dan dekanpun meminta untuk diganti dan di inventarisir ulang. Setelah itu, melalui BEM surat itupun diperbaiki kembali dan menghasilkan nama sekitar 25 orang. Namun, untuk memastikan kevalidan data tersebut kami langsung menemui bagian SBK pada hari kamis tangal 29 maret untuk mengkroscek ulang data mahasiswa yang bersangkutan. Akan tetapi pernyatan kepala SBK Bpk. Agus mengatakan bahwa hal tersbut tidak perlu. Karena semua data-data tentang mahasiswa yang bersangkutan semuanya sudah ada di Dekan. Jadi langsung saja minta kesana. Maka saat itu pun kami beranggapan bahwa sudah ada koordinasi dari SBK dan Pihak dekanat. Sehingga tidak perlu lagi membuat data ulang. Akan tetapi untuk memastikan kebenaran koordinasi tersebut kamipun mengajukan audiensi ulang dengan dekan tapi sayang pada saat itu dekan masih padat agenda. Sehinggadekan sulit sekali untuk ditemui. Akibatnya masalah ini sempat mengambang beberapa minggu.
Akhirnya setelah lama menunggu kamipun berusaha menemui kembali dekan tepatnya hari senin, 7 mei 2007. disitu saya selaku perwakilan mahasiswa langsung memfollow up I mengenai surat tersebut. Akan tetepai pak dekanmenyatkan dengan tegas bahwa hal tiu tidak bisa lagi dilakukan kerena sebentar lagi mau yudisium tangal 9 Mei. kenapa baru sekarang..tandas beliau. Dan beliau menyatakan kecewa kerena data yang diajukan tidak sesuai dengan kriteria yang dimaksud artinya masih ada mahasiswa yang kuliah, sehinga beliau khawatir masalah ini dimanfaatkan oleh sebagian mahasiswa untuk juga meminta keringanan biaya.
Dari deskripsi cerita diatas ada beberapa hal yang coba kami soroti. Pertama mengenai keterlambatan,sejatinya justru masalah ini sudah dari lama kami ajukan melalui pertemuan informal maupun formal.Bahkan sudah hampir 2 bulan lebih sejak pertengahan February kemarin. Kedua, mengenai masalah masih terdapatnya mahasiswa yang sedang kuliah itu sebenarnya kesalahan teknis dan inipun sebenaranya tidak perlu terjadi kalau seandainya pihak SBK berlegowo langsung memberikan data-datanya sehingga kami pun menyesalkan bahwasanya terdapat mis koordinasi antara pihak SBK dan Dekanat dan jujur sangat membingungkan. Ketiga, sebenarnya masalah ini sudah menjadi masalah klasikal dari tahun ke tahun dan untuk tahun kemarin pun terdapat 3 mahasiswa yang bisa dibebaskan dengan kasus yang sama, atas nama riza.navitullaly, dan mantili.. Nah..pertanyaan sekarang kenapa tidak bisa? Terkesan sangat dipersulit.seperti tidak ada aturan yang jelas mengenai masalah tersebut. Keempat. Pun harus membayar kenapa harus semuanya sebesar Rp.875.000,- termasuk biaya praktikum. Sedangkan kami sudah dari semeter 6 tidak praktikum lagi. Sedangkan fakultas lain ketika sudah tidak ada praktikum maka tidak dikenakan biaya tambahan, mereka hanya wajib membayar biaya SPP saja. Tapi di FKG harus tetap membayar secara keseluruhan. Aneh bukan..??

Gerakan Intelektual VS Gerakan Massa

Ada hal yang menarik ketika penulis membaca sebuah tulisan opini dari Sdr. Heri Ardhia di Harian Pikiran Rakyat tanggal 21 Mei 2007 kemarin. Disitu beliau mengemukakan bahwasanya gerakan turun ke jalan adalah sebagai alternatif terakhir karena faktanya hari ini efektifitas demo sudah tidak menggigit lagi, tetapi lebih dari sekedar show of force saja. Yang pada akhirnya hasil yang didapat tidak lebih dari sekedar membuat jalan macet dan menjadi sumber berita pada “buruh tulis” wartawan. Berdasarkan opini diatas maka penulis dengan tegas mengatakan bahwasanya apa yang dikemukaan beliau tidak sepenuhnya benar, maka dari itu penulis tertarik untuk memberikan opini tandingan sebagai wahana pandangan baru dengan harapan supaya kita tidak sekedar menangkap informasi yang sepotong.
Pertama-tama, satu hal yang harus disadari bahwa karakter gerakan mahasiswa tidak bisa dipisahkan satu dan yang lainya. Entahkan sebagai gerakan intelektual, moral, kultural maupun massa. Dia seperti satu mata rantai yang sulit untuk dipisahkan karena memang sejatinya gerakan mahasiswa bersifat general bukannya parsial. Gerakan mahasiswa juga terlahir dan berangkat dari tataran idealisme yang visioner bukan reaksioner serta memiliki kekhasan tersendiri berupa perangkat-perangkat dengan ciri dan format yang berbeda. Hal ini biasanya ditunjukan dalam rencana strategi (renstra) gerakan mahasiswa. Perangkat-perangkat yang penulis maksud bisa meliputi tujuan gerakan, targetan gerakan, sasaran gerakan, format gerakan dan alur gerakan. Adapun tujuan gerakan berupa hal-hal yang menjadi cita-cita besar dari gerakan tersebut, targetan gerakan lebih kepada capaian terdekat yang menjadi indikator keberhasilan sebuah gerakan, sasaran gerakan adalah kepada siapa gerakan ini akan dituju, format gerakan berupa sarana-sarana apa saja yang digunakan untuk mecapai keberhasilan gerakan tersebut apakah dengan audiensi, publikasi atau demonstrasi. Dan terakhir mengenai alur gerakan lebih kepada strategi pencapaian tujuan gerakan tersebut, Apakah ingin publikasi, demonstrasi atau audiensi terlebih dahulu. Dan alur gerakan ini bisa dilakukan secara fleksibel tergantung making issue yang berkembang di lapangan saat itu.
Seperti dikatakan diawal tadi, kita tidak bisa memandang gerakan mahasiswa hanya dari satu aspek saja, menilai bahwa saat ini hanya gerakan intelektual-lah yang paling baik. Ataupun sebaliknya gerakan massa-lah yang paling efektif. Akan tetapi, semua format tersebut mempunyai porsi dan area concern-nya masing-masing. Contoh saja, gaya gerakan Intelektual tidak bisa sepenuhnya berhasil jika diterapkan kepada para penguasa yang buta rasa sosial. Mau seberapa sering kita berwacana, beraudiensi dan berdiskusi tetap saja tidak ada pengaruhnya. Akan tetapi, akan menjadi lebih efektif ketika memang menggunakan alternatif gerakan massa dengan demonstrasi besar-besaran sebagai pressing movement. Atau pula sebaliknya gerakan massa yang langsung terjun kelapangan tanpa proses kajian yang matang tidak juga efektif bagi kaum tirani yang selalu mengedepankan sisi-sisi rasionalitas melalui ajang diskusi dan diplomasi. Artinya memang disini sangat kondisional, dimana alternatif format gerakan sangat tergantung dengan gaya dan kultur kepimpinan penguasa saat itu.
Salah besar jika dikatakan bahwa gerakan demonstrasi hanya sekedar membuat jalan macet dan menjadi sumber berita pada “buruh tulis” wartawan. Justru gerakan massa yang langsung turun kejalan ini membuktikan bahwa mahasiswa masih memiliki sense of interest terhadap kepentingan rakyat dan selalu berusaha untuk menjadi garda terdepan dengan terjun langsung dalam pendampingan dan pemberdayaan masyarakat melalui gerakan moral dan kultural, bukan hanya duduk di bangku kuliah sambil meningkatkan IPK sehingga lupa dengan arena pertarungan mahasiswa sesungguhnya. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Apriyanto aktivis GMNI, bahwa kunci sukses gerakan mahasiswa adalah kedekatan mereka dengan masyarakat. Jika tidak demikian, gerakan mahasiswa bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Adalah sebuah konsekuensi ketika masuk ke wilayah kerakyatan, maka kampus akan sedikit tertinggal tapi itu harus dilakukan. Karena jika tidak ada pendampingan dan pengorganisasian masyarakat, gerakan mahasiswa akan kehilangan makna sebagai kelompok pendobrak dan pembaharu. Jangan sampai seperti apa yang dikemukakan Indra J Pilliang ada stigma bahwa saat ini mahasiswa telah menjadikan dirinya jauh dari rakyat. Mahasiswa sering sekali mengatasnamakan rakyat setiap kali mengkritisi kebijakan atau menyalurkan aspirasi sementara rakyat sendiri tidak dilibatkan. Yang seharusnya mahasiswa membuat sesuatu yang rumit menjadi mudah dicerna oleh rakyat, tetapi justru kenyataannya adalah mahasiswa semakin membuat rakyat bingung dengan konsep gerakan yang setengah-setengah.
Jika dilihat dari beberapa fakta sejarah dimana Gerakan Massa yang dalam hal ini adalah Aksi Demonstrasi masih mempunyai peran penting dalam menentukan kebijakan pemerintah. Secara Nasional. Pertama, ketika di era reformasi tahun 1998 semua kelompok masyarakat mulai dari LSM, akademisi, seniman, guru dan buruh tani bersama-sama mahasiswa bahu-membahu mendukung penurunan rezim Orde Baru. Mereka berunjuk rasa tumpah ruah ke jalan untuk menggempitakan semangat reformasi, tak hanya sumbangsih tenaga namun dukungan moril dan meteril pun tak segan-segan mereka lakukan demi berhasilnya satu tujuan besar. Yang puncaknya tanggal 21 Mei 1998, Rezim Soeharto jatuh dan kemudian digantingan dengan Pemerintahan Habibie. Kedua, unjuk rasa ratusan warga korban lumpur lapindo di depan Istana Merdeka tanggal 16 April 2007 kemarin, mereka berorasi menuntut pemerintah agar segera merevisi Perpres No. 14 Tahun 2007, mengakomodasi aspirasi warga korban lumpur Lapindo untuk mendapatkan ganti rugi secara \"cash and carry\" atau tunai 100 persen dan penyelesaian ganti rugi tersebut harus tuntas dalam satu bulan terhitung sejak 16 April 2007. Dampaknya adalah Wakil massa sekitar 10 orang langsung diterima Wakil Koordinator Kementerian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan pasca pertemuan tersebut disepakati bahwa pembayaran ganti rugi akan segera dilakukan minimal selambat-lambatnya setahun setelah pertemuan tersebut dari dua tahun yang sebelumnya pernah disepakati. Ketiga, aksi unjuk rasa oleh mahasiswa dan masyarakat menolak pemberlakuan Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2006 tentang kenaikan dana tunjangan kinerja DPRD. Mereka menilai bahwa kebijakan tersebut benar-benar tidak memihak kepada rakyat yang sedang dilanda kemiskinan, juga bertentangan dengan tujuh peraturan perundang-undangan. Bahkan ini dianggap sebagai modus baru Pemerintah berkolusi dengan partai politik untuk merampok uang rakyat. Outputnya dari aksi tersebut adalah PP 37/2006 tidak jadi diberlakukan dan kemudian berhasil untuk direvisi kembali. Keempat, Unjuk rasa mahasiswa menolak pengadaan laptop bagi 500 angota DPR dan hasilnya fantastis pembelian laptop itupun akhirya dibatalkan. Kelima, aksi demonstrasi pada Senin, 23 April 2007 dimana sekitar 80 orang anggota berbagai organisasi massa Islam berunjuk rasa didepan kantor Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di Kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Mereka berteriak lantang menolak kedatangan delegasi dari parlemen Israel ke Indonesia dan menuntut agar pihak departemen menolak visa masuk dari delegasi Israel ke Indonesia. Dan efeknya luar biasa delegasi Israelpun mengurungkan niatnya untuk berangkat ke Indonesia dengan alasan keamanan.
Belum selesai disitu, secara internasional, peristiwa di Filipina yang dikenal dengan The People Power juga dapat menjadi contoh. Seluruh elemen masyarakat, tidak hanya Gerakan Mahasiswa, menuntut Presiden Ferdinand Marcos mengundurkan diri pada 1986, atau peristiwa yang sama pada era Joseph Estrada pada 2001. Selain itu, peristiwa lain yakni The Battle of Seattle pada 1999. Peristiwa ini terjadi di Seattle, Amerika Serikat. Pada peristiwa itu, selain mahasiswa, kelompok antiperang, pejuang lingkungan, pejuang kaum perempuan, petani, yang berjumlah sekitar 50.000 orang ikut ambil bagian dalam menolak dilaksanakannya Konferensi WTO yang diadakan di kota itu. Hasilnya sangat mencengangkan, Konferensi WTO kisruh, sehingga terpaksa diakhiri dengan kegagalan dalam mencapai kebijakan penting.
Dari beberapa contoh diatas dapat disimpulkan bahwa berubahnya kebijakan penguasa akibat demonstrasi merupakan salah satu letupan-letupan kemenangan dari sebuah gerakan massa. Sehingga menjadi keniscayaan ketika akhirnya kita harus menjalankan alternatif format gerakan mahasiswa secara menyeluruh. Tapi, sebagai kaum intelektual yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kultural sebaiknya harus tetap berpihak kepada rakyat. Menurut Hamdan, salah satu mahasiswa di UMS berkomentar bahwa Dalam konteks sekarang, mahasiswa dituntut harus pandai-pandai dalam memilih gerakan yang tepat. Bayangkan apakah kita hanya bisa seperti Julian Benda yang hanya bisa berada di menara gading sambil memberikan wejanan-wejangan menyejukkan bagi rakyat tanpa sedikitpun turun ke bahwa untuk sekedar merangkul dan bercengkrama, atau kita mau seperti Antonio Gramsci dengan intelektual organiknya. Dia berpendapat bahwa, seorang akademisi sejati tidak hanya mampu bergerak pada ruang-ruang diskursus tapi Ia juga mampu mengabdikan dirinya pada ruang-ruang praktis untuk kepentingan rakyat. Maka dari itu semuanya punya cara dan jalannya masing-masing dan yang terpenting saat ini bagaimana mengkombinasi dan meracik semua alternatif gerakan tersebut agar menghasilkan sebuah formula gerakan mahasiswa yang massif dan immpresif.
Sekedar menegaskan kembali bahwa bagi mahasiswa senjata yang ampuh adalah kepalan tangan serta kata-kata. Kobaran semangat dengan pekik perjuangan bersama kawan-kawan sepenanggungan akan mampu menghasilkan kekuatan besar apabila bisa terakumulasi dengan baik. Kekuatan yang mampu mendobrak sebuah tirani kekuasaaan yang sama sekali tidak prorakyat. Maka dari itu, ada beberapa urgensi yang harus sama-sama kita pahami bahwa kenapa saat ini gerakan massa turun kejalan masih efektif dilakukan. Pertama, selain untuk lebih dekat dengan rakyat maka gerakan ini sebagai bentuk pressing movement kepada para penguasa yang sering kali buta rasa. Mereka yang berada dibalik meja dan berdiam diatas sofa terkadang suka lupa dengan problematika umat saat ini. Sebelum diangkat mereka dekat dengan masyarakat, Tapi setelah berkuasa mereka lupa dengan kepentingan rakyat. Maka dari itu, adalah sebuah kewajiban bagi kita untuk terus mengingatkan dan mengawasi setiap kebijakan dari Pemerintah. Kedua, aksi demonstrasi bisa sebagai media propaganda issue yang efektif untuk mensosialisasikan ide-ide kepada masyarakat. Ketiga, sebagai sarana pencerdasan publik secara massal dimana ketika kita beraksi maka tanpa disadari jutaan mata bersaksi.
Nah..dari paparan di atas, sekarang kita bisa menilai, mana yang akhirnya akan lebih efektif apakah demonstrasi yang membuat macet sementara tetapi berefek langsung merubah kebijakan penguasa ataukah hanya dengan berdiam diri berperang wacana lewat media tetapi belum tentu itu juga dibaca, didengar atau langsung dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan.
Wallahua’lam bis shawab..

Dunia Ko-Ass, Dunia Realitas

Adalah suatu hal yang tak terbantahkan ketika orang bilang masuk kedokteran itu butuh biaya mahal dan kuliahnya lama. Bayangin aja buat dapet gelar DRG kita harus tertatih-tatih selama kurang lebih 6-7 tahun. 4 tahun di Preklinik dan 2,5 di klinik (RSGM),Belum lagi ditambah biaya-biaya text book, alat-alat dan tetek bengek lainnya. Puachh..begitu banyak..yang harus dikorbankan. Wajar kalo motor, mobil, rumah, tanah sampai sawah bisa terjual untuk biaya semuanya. Ngga sedikit temen-temen kita yang ternyata harus putus ditengah jalan, entahkan karena faktor kejenuhan, pekerjaan sampingan, nikah lalu ngurus anak dan keluarga atau boleh jadi karena faktor biaya. Naif bukan..Namun apapun alasannya,sebenarnya hal ini tidak mesti terjadi. Masih banyak usaha dan cara lain untuk bisa keluar dari semua ini. Salah satunya mencari beasiswa dll.
Sudah menjadi rahasisa umum ketika masuk dunia KoAss biaya kuliah akan semakin meningkat. Mulai dari beli text book2 pegangan, Alat-alat yang lebih dari 500 jenis macamnya, bahan-bahan praktikum yang luar biasa banyaknya sampai biaya bayarin pasien anak-anak maupun dewasa..Hmmmm melelahkan. Namun itulah kenyataan. Suatu fakta yang tidak bisa kita pungkiri nantinya. Dulu kalau di Preklinik keseharian kita hanya dihadapkan oleh dua Faktor utama yaitu Dosen dan kita sendiri selaku Mahasiswa, Namun di klinik ini saat ini faktor tersebut bertambah satu selain faktor dosen dan mahasiswa kini ditambah lagi dengan faktor pasien, meskipun masih banyak terdapat faktor-faktor X lainya. Kesimpulannya ada tiga variable utama yang saling berkaitan satu dan lainnya. Ketika ketiga faktor ini berjalan kongruen atau sinergis satu dan lainnya maka dunia KoAss akan kita jajaki dengan selamat wal afiat. Tetapi akan menjadi masalah ketika tiga faktor ini berjalan tidak sesuai yang ada hanya musibah demi musibah.Capeee..de….
Dunia KoAss Adalah Dunia Realitas. Banyak Faktor yang akan kita temui disni. Dunia Koass tidak sekedar menuntut kita untuk Cerdas tapi juga harus Tangkas dalam bekerja, artinya disini bukar sekedar otak kepala yang menjadi modal utama, tapi melainkan keterampilan lainnya seperti Hard skill maupun Soft skill yang mumpuni agar bisa tetap bertahan dan berjibaku dengan pekerjaan2 klinik nantinya. Kenapa bisa demikian?Ada beberapa alasan. Pertama, kita akan dihadapi dengan permasalahan bagaimana melakukan pendekatan dengan pasien. Kalau selama di preklinik kita bekerja hanya di Phantom (sebuah model mati untuk praktikum), kini di klinik kita akan dihadapai dengan model sesungguhnya dalam arti kata makhluk hidup yang punya rasa senang ketika dia puas dan punya rasa marah ketika dia kecewa. Unik bukan? Nah inilah sebuah tantangan buat kita..Kemampuan untuk berkomunikasi efektif dan efisien akan menjadi modal utama bagi kita untuk bisa suskes menapaki dunia klinik. Mulai dari teknik mengajak untuk melakukan perawatan sampai mem follow up-i kembali untuk kontrol perawatan. Kuncinya adalah Ikhlas, disini kita harus bisa memposisikan bahwa pasien kita adalah Raja dalam sehari, berikan mereka pelayanan sebaik-baiknya, bukankah mereka juga manusia yang pantas untuk untuk dimanusiawikan. Anggaplah mereka seperti keluarga kita sendiri, bagaimana rasanya jika ketika bapak, ibu dan sodara-sodara kita diperlakukan tidak baik selama perawatan, pastilah kita akan marah dan geram, begitu juga mereka akan berperasaan yang sama. Maka dari itu standart prosedur kerja harus benar-benar kita jalankan dengan baik. Jangan sampai kita melakukan kesalahan-kesalahan yang di luar prosedur pengerjaan. Awas loh..Undang-undang Praktek Kedokteran (UU PK) sudah sangat ketat saat ini dan pasien kita pun semakin hari semakin pintar dan kritis, Jadi…??? Semuanya terserah Anda…Naonn deui..? :-p
Kedua, bagaimana menjaga hubungan antar teman sejawat. Sudah menjadi doktrin tersendiri ketika masuk dunia Ko Ass, Bagiamana caranya bisa Kerja Lancar dan Lulus Cepat. Tidak salah memang, tapi akan menjadi masalah ketika cara pencapaiannya dengan sikut kiri dan sikut kanan, senggol depan dan senggol belakang teman satu angkatan. Males banget kan? Janganlah-jangan seperti itu agama kita tidak mengajarkan hal-hal cule kaya gitu, meskipun kenyataannya akan banyak sekali kita temukan di klinik nanti. Ya minimal kita tidak menzholimi hak-hak orang lainlah. Sekedar bahan perenungan, Hidup bukan semata-mata untuk bisa sukses secara pribadi, tapi bagaimana bisa berhasil secara bersama-sama. Dan kesuksesan juga tidak hanya di ukur dari besar kecilnya IPK, lulus cepat atau tidaknya, tapi melainkan bagaimana ilmu yang didapati bisa bermanfaat sebesar-besarnya buat banyak orang. Raihlah setiap peluang-peluang kebaikan. Jadikan semua masalah sebagai bahan pelajaran dan peningkatan kemampuan pribadi kita. Punten ya..tidak bermaksud untuk menggurui...
Ketiga, sebenarnya masih ada kaitannya dengan point kedua diatas, cuman ini lebih kepada kasus yaitu Bagaimana kemampuan kita untuk bisa menahan diri dari perbuatan-perbuatan curang yang benar-benar sangat tidak terpuji. Bayangkan Peluang-peluang seperti itu akan banyak ditemui disekitar kita nantinya mulai dari kasus penjokian pasien, dimana ketika ingin dilakukan kontrol perawatan, pasien yang berkaitan tidak bisa hadir karena merasa ingin cepat selesai maka meminjam pasien orang lain untuk di Acc kan ke dokter pengawas(supervisor), kemudian kasus penipuan pembayaran loket dan sampai dengan pemalsuan tanda tangan supervisor. Itu belum lagi ditambah kasus-kasus kecil lainnya. Na’uzubillah..smoga kita dijauhkan dari dari peluang-peluang untuk berbuat curang seperti itu. Solusinya hanya satu..Pahamkan bahwa Allah selalu melihat semua tindakan kita, dan setiap perbuatan akan diminta pertanggung jawaban.
Keempat, Keterbatasan fasilitas. Nah yang satu ini menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana caranya kita bisa kerja tepat waktu dengan fasilitas yang pas-pasan. Sebenarnya hal ini bisa disiasati, asalkan kita rajin masuk klinik dan jarang mabal (bolos), dan satu lagi lakukan perencanaan dan penjadwalan kerja yang matang. Nah..kebanyakan dari yang sebelum2nya kesempatan-kesempatan kerja putaran tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, entahkan karena keburu nikah lalu cuti ngurus anak, jadi artis ibu kota, pundung dicarekan sama supervisor atau BeTe diputusi pacar. Kesemua faktor ini akan sangat mempengaruhi kerja-kerja kita kedepan. Maka dari itu satu soluisinya lagi adalah kita harus benar-benar FOKUS. Tanamkan di diri kita bahwa 2-3 tahun lagi saya akan menjadi Dokter Gigi yang Beda dan Luar biasa. Bukan Dokter Gigi yang biasa-biasa saja. Caranya ?? Ya fokus, kalaupun harus terlibat di bidang-bidang lain maka cari bidang yang menunjang profesi kita, misalnya yang mau terlibat di organisai, cari organisasi2 keprofesian, PDGI, LSM kesehatan dll. Yang mau terjun ke Dunia Bisnis ya cari bisnis yang berlatar belakang profesi kita, contoh Bisnis Dental Clinik, Bisnis Pelatihan-pelatihan Kedokteran gigi dll. Meskipun semuanya ga wajib dan mesti..Itu hanya beberapa alternative ketika kita mengambil jalur-jalur lain..OK Boss?
Sekedar menyimpulkan dari apa yang sudah dijabarkan diatas maka..adalah sebuah keniscayaan ketika nantinya kita akan berhadapan dengan banyak masalah, hambatan dan tantangan. Sekarang hanya saja bagaimana kita bisa bersabar dan berjiwa besar untuk bisa meghadapi semuanya. Kuncinya tadi hanya satu yaitu Kerja Ikhlas dan Jelas, artinya sesuai dengan Prosedur Pelaksanaan. Semoga artikel ini bisa sedikit memberikan gambaran dan pencerahan buat kita semua bahwasanya Gelar Dokter Gigi sudah di depan mata, hanya saja Pilihannya satu, bagaimana nantinya bisa menjadi Dkkter Gigi yang Beda dan Luar Biasa..
Viva Dentica !!!

Thursday, July 19, 2007

Curhatan Awal

Akhirnya kembali lagi ke Blog kesayangganku setelah lama ku pergi meninggalkannya,sekarang I'm Back with new concept. Oya..senin kemaren ngumpulin poster buat lomba poster sensodyne yang diadain oleh FKG UI kerjasama ma sensodyne. Temanya tentang "dentin Hipersensitif"..Bingung sih..awalnya..tapi setelah dicoba-coba akhirnya kepilih juga sebagai perwakilan FKG Unpad dari 5 yang ngirim, 3 diambil yang ntar akan dilombakan di tingkat nasional..Doain ya..Oya special thanks to Adhy Ganjar yang udah ersedia jdi modelnya(jujur ekspresif bgt).. sekali lagi makasih bagt di..walaupun cuman dibayar dengan sebuah es krim walls.5rb-an..he..he..Tapi ga apa-apa lah..natar kalo kepilih minimal juara 1..ditraktirin deh..sebenernya Posternya mau diposing juga di blog ini..cuman lupa disave..iya deh..natr nyusul aja..biar temen-temen semiua bisa comment lebih jauh..thanks for all..especially for God..

Thursday, July 12, 2007

Patogenesis Penyakit Periodontal


Gusi sehat

Pada keadaan yang sehat, gingiva biasanya berwarna merah muda, tepinya setajam pisau serta berbentuk scallop; papilanya ramping sering mempunyai groove karena adanya sluice-way dan perlekatan gingivanya berstipling serta tidak berdarah pada saat penyondean. Daerah leher gingiva biasanya dangkal dan epitel jungtion melekat erat pada enamel. Sistem serabut gingiva tersusun secara teratur. Beberapa PMN terlihat pada epitelium jungtion ketika PMN ini berjalan melintas dari pembuluh darah gingiva menuju ke leher gingiva dan terus menuju ke rongga mulut. Pada jaringan ikat didekatnya dapat diisolasi sel-sel inflamasi, terutama limfosit dan kadang-kadang sel plasma serta makrofag. Gambaran ini mencerminkan keseimbangan yang stabil namun dinamis dari suatu jaringan yang sehat.

Secara Histopatologi terjadinya gingivitis sampai periodontitis sudah pernah dijabarkan oleh Page dan Schroeder (1976) dalam beberapa tahapan: lesi awal timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam 2-3 minggu akan menjadi gingivitis yang cukup parah.

Patogenesis penyakit periodontal dibagi menjadi 4 tahap:

1. Lesi Awal

Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun pada tahap ini hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi superfisial. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat meyerang jaringan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan inflamasi. Plak yang terakumulasi secara terus menerus khususnya diregio interdental yang terlindung mengakibat inflamasi yang cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan meneyebar dari daerah ini kesekitar leher gigi.

Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil, disebelah apikal dari epitelium jungtion. Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit-terutama limfosit T-cairan jaringan dan protein serum. Disini terlihat peningkatan migrasi leukosit melalui epitelium fungsional dan eksudat dari cairan jaringan leher gingiva. Selain meningkatnya aliran eksudat cairan dan PMN, tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dario perubahan jaringan pada tahap penyakit ini.

2. Gingivitis Dini

Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi PMN. Perubahan yang terjadi baik pada epithekium jungtion maupun pada epithelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proleferasi dari sel basal. Fibroblas mulai berdegenerasi dan bundel kolagen dari kelompok serabut dentogingiva pecah sehingga seal dari cuff marginal gingiva menjadi lemah. Pada keadaan ini terlihat peningkatan jumlah sel-sel inflmasi, 75 % diantaranya terdiri dari limfosit. Juga terlihat beberapa sel plasa dan magrofag. Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papila interdental menjadi lebih merah dan bangkak serta mudah berdarah pada saat penyondean.

3. Gingivitis tahap lanjut

Dalam waktu2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi. Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlighat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu (’false pocket’). Bila oedem inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahapan ini belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.

Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel terutama dalam hubungan \nya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting dri penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan pembuluih darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ibni merupakan karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan iritasi serta inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah;bila produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna merah muda walaupun bengkak perdarahan kurng , bahkan tidak ada.

4. Periodontitis:

Bila iritasi plak dan inflamsi terus berlanjut, integritas dari epithelium jungtion akan semakin rusak. Sel-sel epithelial akan berdegenarasi dan terpisah, perlekatannya pada permukaan gigi akan terlepas sama sekali. Pada saat bersamaan, epithelium jungtion akan berproliferasi ke jaringan ikat dan ke bawah pada permukaan akar bila serabut dentogingiva dan serabut puncak tulang alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari epithelium jungtion akan terus berlangsung dan epithelium ini akan terlepas dari permukaan gigi, membentuk poket periodontal atau pokel asli. Keadaan ini tampaknya merupakan perubahan Irreversibel. Bila poket periodontal sudah terbentuk plak berkontak dengan sementum. Jaringan ikat akan menjadi oedem; pembuluh darah terdilatasi dan trombosis dinding pembuluh pecah disertai dengan timbulnya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Disini terlihat infiltrat inflamasi yang besar dari sel-sel plasam, limfosit dan magrofag. IgG merupakan imunoglobulin yang dominan tetapi beberapa IgM dan IgA juga dapat di temukan disini. Epitelium dinding poket mungkin tetap utuh atau terulserasi. Disini tidak terlihat adanya perbedaan karena produk-produk plak berdifusi melalui epitelium. Aliran cairan jaringan dan imigrasi dari PMN akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan ini ikut membantu meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva. Penyebaran inflamasi ke puncak tulang alveolar. Ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang trabekula, daerah-daerah resorbsi tulang dan bertambah besarnya ruang trabekula. Ada kecenderungan resorbsi tulang di imbangi oleh deposisi yang semakin menjauhi daerah inflamasi. Sehingga tulang akan diremodelling, namun tetap mengalami kerusakan. Resorbsi tulang dimulai dari daerah interproksimal menjadi lebar misalnya atara gigi-gigi molar, suatu krater interdental akan terbentuk dan kemudian bila proses resorbsi makin berlanjut, resorbsi akan meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang alveolar akan teresorbsi.

Kesimpulannya, Perbedaan secara histologis yang paling penting antara gingivitis dan periodontitis adalah adanya resorbsi tulang alveolar, proliferasi epitel kearah apikal dan ulserasi junctional epithelium serta bertambahnya kehilangan perlekatan jaringan ikat. Pada fase akut kemungkinan adanya invasi bakteri kedalam jaringan yang menyebabkan terbentuknya abses. Pada periodontitis ringan kehilangan perlekatan sudah terjadi pada seperempat sampai dengan sepertiga panjang akar. Untuk mengetahui lesi periodontitis secara klinis diperlukan pemeriksaan tingkat kehilangan perlekatan.